Kajian Singkat 4 Sikap Muslim Dalam Menghadapi Virus Corona
Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr
4 Sikap Muslim Dalam Menghadapi Virus Corona adalah bagian tanya jawab dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah ketika membahas kitab التبيان في شرح أخلاق حملة القرآن (At-Tibyaan fi Syarh Akhlaq Hamalatil Qur’an). Jawaban ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 8 Jumadal Akhirah 1441 H / 02 Februari 2020 M.
Kajian Islam Ilmiah Tentang 4 Sikap Muslim Dalam Menghadapi Virus Corona
Pertanyaan: Ada saudara Abdullah di Pekalongan, kemudian Ummu Aisyah di Jakarta dan lainnya yang meminta secara khusus nasehat dari Syaikh terkait dengan fenomena virus Corona yang saat ini timbul dari negeri Cina dan dikhawatirkan akan menyebar dan sampai ke negeri-negeri lainnya termasuk negeri Indonesia. Sebagai Muslim, bagaimanakah sikap yang terbaik dalam menghadapi adanya ancaman virus Corona? Mohon nasehatnya agar senantiasa kmai bertawakal atas apa yang telah Allah tetapkan untuk kami. Mohon nasihat dan jawaban dari Syaikh, Jazakumullahu Khairan.
Jawaban beliau Hafidzahullah bahwa seorang yang beriman hendaklah senantiasa bertawakal kepada Allah ‘Azza wa Jalla, beriman dengan takdir Allah ‘Azza wa Jalla. Dan beliau telah menulis untuk masalah ini (yaitu virus Corona), ada beberapa nasehat yang beliau sampaikan, yaitu diantaranya:
Pertama, semua berasal dari Allah
Wajib bagi setiap Muslim dalam setiap keadaannya selalu meminta perlindungan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, bertawakal kepadaNya, meyakini bahwasanya seluruh urusan/perkara ada ditangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman:
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa manusia kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS. At-Taghabun[64]: 11)
Karena semua perkara/semua urusan di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, di bawah aturan dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang Allah inginkan pasti terjadi dan apa yang Allah tidak inginkan maka tidak akan terjadi dan tidak ada yang dapat melindungi kecuali Allah ‘Azza wa Jalla.
قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللَّـهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً
“Katakanlah, siapakah yang dapat melindungi kalian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala jika Allah menginginkan keburukan kepada kalian atau Allah menginginkan rahmat bagi kalian.” (Al-Ahzab[33]: 17)
إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّـهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ
“Jika Allah menginginkan untukku keburukan, apakah mereka bisa mengangkat keburukan tersebut? Atau Allah menginginkan rahmat (kasih sayang) untukku apakah mereka bisa menjadi penghalang untuk rahmat tersebut?” (QS. Az-Zumar[39]: 38)
Juga firman Allah:
مَّا يَفْتَحِ اللَّـهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِن بَعْدِهِ
“Apa yang Allah buka dari kebaikan untuk manusia dari maka tidak ada yang dapat menutupnya dan menghalangi dan apa yang Allah halangi dari rahmat, maka tidak ada yang bisa melepaskannya setelahnya.” (QS. Fatir[35]: 2)
Dan ayat yang berkaitan dengan hal ini sangat banyak sekali.
Kedua, menjaga Allah ‘Azza wa Jalla
Kemudian beliau Hafidzahullah mengatakan perkara yang kedua, wajib bagi setiap Muslim untuk selalu menjaga Allah ‘Azza wa Jalla. Yaitu dengan cara senantiasa taat melaksanakan perintah-perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan menjauhi larangan-laranganNya, Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mewasiatkan sahabat Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma:
احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ
“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati Allah di hadapanmu.”
Maka senantiasa menjaga perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, meninggalkan apa yang Allah larang adalah sebab seorang hamba dilindungi dan diselamatkan. Juga sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaganya di dunia dan di akhirat. Dan apabila seseorang ditimpa musibah atau ditimpa kemudharatan, maka tidak ada yang dapat mengangkatnya. Dan apabila seorang mukmin ditimpa musibah, maka sesungguhnya itu adalah kemuliaan baginya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala salam. Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ.
“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya baik dan itu tidak dimiliki kecuali seorang yang beriman. Jika ia mendapatkan kebaikan ia bersyukur maka itu baik baginya. Dan apabila dia ditimpa keburukan dan ia bersabar maka itu juga baik baginya.” (HR. Muslim)
Maka seorang Mukmin, seorang yang beriman, jika mendapatkan kebaikan atau keburukan, mendapatkan musibah atau kesenangan, ia berada dalam kebaikan/menuju kebaikan. Dan itu tidak didapatkan kecuali oleh seorang yang beriman sebagaimana sabda Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam:
وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ
“Hal itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang yang beriman.”
Ketiga, melakukan sebab
Kemudian perkara yang ketiga, beliau Hafidzahullah mengatakan bahwa sesungguhnya syariat Islam telah menganjurkan kita untuk melakukan sebab-sebab dan mengajak kita untuk berobat. Dan sesungguhnya berobat dan berusaha mencari kesembuhan tidak bertentangan dengan sifat tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena berobat atau anjuran berobat dianjurkan oleh syariat Islam. Anjuran tersebut mencakup dua hal, yaitu pencegahan dan setelah terjadinya penyakit tersebut. Pencegahan yaitu sebelum terjadinya penyakit dan pengobatan setelah terjadinya penyakit. Dan semua itu telah dijelaskan dalam syariat kita. Juga pokok-pokok pengobatan dan cara untuk menyembuhkan diri yang dapat menyebabkan seorang Muslim bisa selamat di dunia dan di akhiratnya telah dijelaskan semuanya dalam syariat kita.
Maka siapa yang membaca kitab Ath-Thibbun Nabawi yang ditulis oleh Imam Al-Alamah Ibnul Qayyim Rahimahullah, ia akan mendapatkan perkara yang sangat mengagumkan dalam syariat Islam. Juga yang telah diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Adapun dalam hal atau perkara pencegahan, Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam pernah bersabda:
مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ
“Barangsiapa yang pertama kali dimakamkan di pagi hari yaitu 7 kurma Ajwa, maka tidak akan membahayakannya sesuatu apapun pada hari itu baik sihir maupun racun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Juga Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan dalam hadits Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
« مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ فِى صَبَاحِ كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاءِ كُلِّ لَيْلَةٍ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَيَضُرُّهُ شَىْءٌ »
“Tidak ada seorang hamba yang membaca setiap pagi dan setiap sore (bismillahilladzi laa yadhurrru ma’asmihi sya-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘alim’ (dengan nama Allah, tidak akan membahayakan dengan menyebut namaNya sesuatu apapun di bumi dan di langit, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) Doa ini dibaca tiga kali maka dia tidak akan ditimpa bahaya apapun.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Juga Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:
مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ البَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Barangsiapa yang membaca dua ayat dari akhir surat Al-Baqarah di setiap malam, maka dua ayat itu cukup baginya.”
Yaitu cukup baginya untuk terlindung dari segala penyakit, segala keburukan, segala virus. Juga dari hadits Abdullah bin Khubaib Radhiyallahu ‘Anhu beliau mengatakan:
خَرَجْنَا فِى لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآله وسَلَّمَ لِيُصَلِّى لَنَا
“Kami pernah keluar di malam yang hujan deras dan di malam yang gelap gulita. Kami mencari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar shalat mengimani kami. Maka aku pun mendapatinya, beliau mengatakan:
قُلْ
“Katakanlah.”
Dan aku tidak mengatakan sesuatu. Kemudian beliau mengatakan:
قُلْ
“Katakanlah.”
Dan aku tidak mengatakan sesuatu. Beliau mengatakan:
قُلْ
“Katakanlah.”
Kemudian aku mengatakan, “Apa yang aku baca?” Beliau mengatakan:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ، وَالمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِي وَتُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ
“Bacalah Qul huwallahu ahad dan dua mu’awwidzatain (yaitu Qul A’udzubirabbil falaq dan Qul A’udzubirabbinnas) disore hari dan dipagi hari tiga kali. Maka hal itu akan mencukupi dari segala marabahaya.”
Juga Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Abdullah bin Umar bahwasanya beliau tidak pernah meninggalkan doa-doa yang berikut ini di pagi hari dan di sore hari. Yaitu doa:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
“Ya Allah aku meminta keselamatan di dunia dan di akhirat, Ya Allah aku meminta kepadaMu ampunan dan keselamatan pada agamaku, duniaku, keluargaku, hartaku. Ya Allah tutupilah auratku, amankanlah rasa takutku, Ya Allah jagalah aku dari hadapanku, dari belakangku, dari sebelah kananku, dari sebelah kiriku, dari atas, dan aku berlindung kepadaMu dari aku di bunuh dari arah bawahku.”
Download juga: dzikir pagi dan dzikir petang.
Dan doa ini adalah benteng yang sangat sempurna dan penjagaan yang sangat kuat bagi seorang hamba dari semua arahnya.
Adapun dalam perkara masalah pengobatan, yaitu setelah terjadi penyakit. Maka juga telah datang dari Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam petunjuk yang sangat banyak dan obat-obat yang berbagai macam yang dijelaskan dalam sunnah Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam yang tentu sangat panjang apabila kita sebutkan dalam hal ini. Dan barangsiapa yang ingin mengetahuinya dan membacanya maka silakan merujuk kepada kitab زاد المعاد (Zadul Ma’ad) yang ditulis oleh Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah.
Keempat, jangan menyebarkan isu-isu yang tidak benar
Kemudian perkara yang ke-4 yang beliau sebutkan, wajib bagi setiap Muslim untuk tidak terbawa oleh isu-isu yang bohong. Karena sebagian manusia dalam perkara ini sebagian mereka sengaja menyebarkan atau menyebutkan hal-hal yang tidak benar, tidak ada hakekatnya, sehingga membuat manusia menjadi takut. Padahal tidak ada yang seharusnya perlu ditakuti. Dan seyogyanya bagi setiap Muslim untuk tidak ikut-ikutan menyebarkan isu-isu yang tidak benar sehingga mempercayai isu-isu tersebut karena hal itu bisa mempengaruhi kesempurnaan imannya, kesempurnaan keyakinannya dan merusak tawakalnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Kemudian beliau berdoa kepada seluruh kaum Muslimin, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga mereka semua, menjaga kita semua di manapun kita berada dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyembuhkan orang-orang yang sakit di antara mereka, sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat.
Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang 4 Sikap Muslim Dalam Menghadapi Virus Corona
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48217-kajian-singkat-4-sikap-muslim-dalam-menghadapi-virus-corona/